BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aliran dalam islam itu
banyak sebagai yang pernah di gambarkan oleh nabi semasa hidupnya dalam sebuah
hadits, di katakan umat islam akan terpecah sampai 73 firqah, demikian katanya
: "yahudi akan terpecah atas 71 aliran, nasrani akan berpecah atas 72
aliran, sedang umatku akan terbagi bagi dalam 73 aliran". (al hadits). apa
yang di sabdakan nabi itu mungkin terjadi, sudah atau akan terjadi tetapi dalam
sejarah islam dapat kita golongkan mazhab-mazhab yang banyak itu atas 4 aliran
besar yang pokok, yang akan kita perkatakan di sini dengan menyebut dasar-dasar
pendiriannya yang utama.
Syiah, syiah ini berbeda
pendapatnya dengan aliran lain di antaranya dalam pendirian, bahwa penunjukan
imam sesudah wafat nabi di tentukan oleh nabi sendiri dengan nash. nabi tidak
boleh melupakan nash itu terhadap pengangkatan khalifahnya, sehingga
menyerahkan pekerjaan pengangkatan itu secara bebas kepada umatnya dan halayak
ramai. selanjutnya syi'ah berpendirian bahwa seseorang imam yang di angkat itu
harus ma'sum atau terpelihara dari pada dosa besar atau dosa kecil, dan bahwa
nabi muhammad dengan nash meninggalkan wasiatnya untuk mengangkat Ali bin abi
thalib menjadi khalifahnya, bukan orang lain, dan bahwa ali bin abi thalib
adalah seorang sahabatnya yang pertama dan utama.
Aliran syiah sejalan dengan
mu'tazilah mengenai tauhid dan keadilan, dan menyalahinya dalam 3 pendirian
yang lain. orang orang syiah sepaham dengan asyi'ari dalam masalah dosa besar
dan dosa kecil, amar ma'ruf dan nahi munkar. mereka berbeda dengan mu'tazilah
dan asyi'ari dalam persoalan wa'ad dan wa'id karena mereka berkeyakinan bahwa
Allah selalu menepati janji bagi mereka yang berbuat kebajikan, dan tidak wajib
menjalankan janjinya kepada hambanya yang berbuat jahat, baginya terserah
kurnia mengampuninya.tidak berhak di putuskan dengan hukum akal, bahwa tuhan
menyalahi janjinya akan memberi pahala kepada hambanya yang berbuat baik.
1.2 Ruusan Masalah
- Apa pengertian Aliran syi’ah ?
- Bagaimana sejarah kemunculannya ?
- Siapa tokoh tokoh aliran syi’ah ?
- Bagaimana pokok pokok ajarannya ?
1.3 Tujuan Makalah
- Untuk tmengetahuai pengertian aliran syi’ah
- Untuk mengetahui sejarah kemunculannya
- Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokohnya
- Untuk mengetahui pokok-pokok ajarannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aliran Syi’ah
Syi’ah
(Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia:
شیعه) ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Istilah Syi'ah berasal
dari kata Bahasa Arab شيعة Syī`ah. Bentuk tunggal dari kata ini adalah
Syī`ī شيعي.
"Syi'ah"
adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya
"pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat
khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali,
kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung"(ya Ali anta wa syi'atuka humulfaaizun) [1]
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara.Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau.[2] Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.
Secara khusus, Muslim Syi'ah
berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Nabi Muhammad
SAW dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi
Muhammad SAW, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim
Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh
Nabi Muhammad SAW, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.[3]
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait
dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni
dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya.
Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul
Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Dapat juga dikatakan bahwa aliran syiah adalah aliran sempalan dalam islam
dan syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam
islam. Sedangkan yang dimaksud aliran-aliran sempalan dalam islam adalah aliran
yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran islam yang
sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya
disebut ahli bid’ah. Selanjutnya oleh karena aliran syiah itu bermacam-macam,
ada aliran syiah zadiyah ada aliran syiah immamiyah itsna asyariah ada aliran
syiah ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut aliran syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran syiah imamiyah itsna asyariah yang sedang
berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan
syiah khumainiyah. Hal mana karena syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab
adanya keresahan dan permusuhan serta pemecahan didalam masyarakat, sehingga
menggangu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita. Tokoh-tokoh syiah
inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat islam dari ajaran
islam yang sebenarnya.
2.2 Sejarah Munculnya Aliran Syi’ah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam
sejarah terdapat perbedaan dikalangan ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai
muncul pasda masa akhir pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan
berkembang pada masa pewmerintahan Ali bin Abi Thalib, adapun menurut Watt,
syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan
Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai
respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah.
Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua. Satu kelompok mendukung sikap Ali
(Syi’ah) dan kelompok mendak sikap Ali (Khawarij).[4]
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat
bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW.
Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan
karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak
mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan
dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal
kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya,
yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada
saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi
penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabianMuhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa
besar.[5]
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.[6] Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai pengantinya dihadapan massa yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikna Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitasnya berbicara lain.[7]
Berlawanan dengan harpan mereka,
ketika nabi wafata dan jasadnya belum dikuburkan, ada kelompok lain yang pergi
ke masjid untuk menentukan pemimpin yang baru karena hilangnya pemimpin yang
secara tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan beberapa sahabat
masih sibuk dengan persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang
kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa
memilih pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dann memcahkan
masalah mereka saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding dahulu dengan
ahlul bait, kerabat, atau pun sahabat yang pada saat itu masih mengurusi
pemakaman. Mereka tidak memberi tahu sedikitpun. Dengan demikian, kawan-kawan
Ali dihdapkan pada suatu hal yang sudah tak bias berubah lagi.[8]
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari kalangan kaum muslimin yang menentanga kekhalifahan dan kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka yakin bahwa semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan mengajak masyarakat mengikutinya.[9]Kaum inilah yang disebut dengan kaum Syi’ah. Namun lebih dari pada itu, seperti yang dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu islam sendiri, sehingga mesti diwujudkan
.
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah “perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW. Wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah kepada masyarakat.
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah “perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW. Wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah kepada masyarakat.
2.3 Tokoh-tokoh aliran syi’ah
Dalam pertimbangan Syi’ah,
selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin
‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai
pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin
‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini dikenal sebagai
orang-orang besar pada zamannya. Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap
sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh, karena keempat tokoh utama fiqh
Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin
Hanbal, secara langsung atau tidak langsung pernah menimba ilmu darinya. Oleh
karena itu, tidak heran bila kemudian Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor
Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang kontroversial di kalangan
pengikut Sunnah (Ahlussunnah—pen.). Mahmud Syaltut memfatwakan bolehnya setiap
orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh Ja’fari Itsna ‘Asyariyah.
Adapun Zaid bin ‘Ali bin
Husain Zainal ‘Abidin terkenal ahli di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang
relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait
yang menonjol. Salah satu karya yang ia hasilkan adalah kitab al-Majmû’
(Himpunan/Kumpulan) dalam bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir,
fiqh, imamah, dan haji.
Selain dua tokoh di atas, terdapat pula
beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:
a. Nashr bin Muhazim
b. Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
c. Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
d. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
e. Muhammad bin Hasan bin Furukh
al-Shaffar
f. Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi
al-Samarqandi
g. Ali bin Babawaeh al-Qomi
h. Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini
i.
Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
j. Muhammad bin Hamam al-Iskafi
k. Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
l. Ibn Qawlawaeh al-Qomi
m. Ayatullah Ruhullah Khomeini
n. Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain
al-Thabathaba’i
o. Sayyid Husseyn Fadhlullah
p. Murtadha Muthahhari
r. Jalaluddin Rakhmat
s. Hasan Abu Ammar[10]
2.4 Pokok-pokok ajaran aliran syi’ah
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang
harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an
nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
a. At tauhid.
Kaun Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi antara tersusun dari beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah dimilikiNya.[11]
b. Al ‘adl
Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil. Allah tidak pernah melakukan perbuatan zalim ataupun perbuatan buruk yang lainnya. Allah tidak melakukan sesuatu kecuali atas dasar kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Menurut kaum Syi’ah semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan maksud tertentu yang akan dicapai, sehingga segala perbuatan yang dilakukan Allah Swt adalah baik. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep keadilan Tuhan yaitu Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan tidak melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu yang wajib dikerjakanNya.
c. An nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rasul untuk membimbing umat manusia. Rasul-rasul itu memberikan kabar gembira bagi mereka-mereka yang melakukan amal shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun ancaman bagi mereka-mereka yang durhaka dan mengingkari Allah SWT. Dalam hal kenabian, Syi’ah berpendapat bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang, Nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW yang merupakan Nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada, istri-istri Nabi adalah orang yang suci dari segala keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul, Al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang kekal, dan kalam Allah adalah hadis (baru), makhluk (diciptakan) hukian qadim dikarenakan kalam Allah tersusun atas huruf-huruf dan suara-suara yang dapat di dengar, sedangkan Allah berkata-kata tidak dengan huruf dan suara.
d. Al-Imamah
Bagi kaun Syi’ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam dunia.Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan hudud (had atau hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adlah pemimpin yang ilegal dan tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam sejak wafatnya Rasul (kecuali pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam dianggap ma’sum, terpelihara dari dosa sehingga iamam tidak berdosa serta perintah, larangan tindakan maupun perbuatannya tidak boleh diganggu gugat ataupun dikritik.
e. Al-Ma’ad
Secara harfiah al ma’dan yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat. Kaum Syi’ah percaya sepenuhnya bahwahari akhirat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan dikembalikan ke asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada saaat itu juga Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang beramal shaleh dan menyiksa orang-orang yang telah berbuat kemaksiatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syiah adalah salah satu aliran islam
yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib dan keturunanya adalah imam – imam atau
para pemimpin agama dan umat setelah nabi Muhamad SAW wafat. Para penulis
sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya Syiah, pikiran yang
paling menonjol terletak pada persoalan imamah, selain persoalan imamah juga
menimbulkan sekte – sekte dalam Syiah itu sendiri, ajaran yang terpenting yang
berkaitan dengan khilafah adalah al – ismah, al – mahdi, al – taqiyyah, dan ar
– ra’agh. Kini Syiah dengan berbagai alirannya masih tersebar cukup luas di
Iran. Syiah merupakan mazhab resmi negara, di samping itu Syiah juga terdapat
di Irak, Pakistan, India, danYaman.
Dimata syiah, Ali adalah
tokoh yang paling sempurna, tanpa cela dan dosa serta memiliki daya karismatik
yang besar. Banyak sekali hadits yang dibuat untuk menunjukkan kelebihan dan
keutamaannya. Dia adalah orang yang paling setia terhadap Nabi. Paling berani,
paling gagah, paling pintar, paling arif dan paling bijaksana.
3.2 Saran
Makalah ini sedikit dapat membantu proses pembelajarn teologi islam
untuk memahami tentang Syiah. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan
halnya kami sesosok manusia biasa yang
tak pernah luput dari salah dan dosa. Bahkan makalah ini juga tak luput juga dalam
kekurangan berbagai hal, dari hal itu kami penulis selalu terbuka dalam
menerima kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Arus, Taj’ul dan
Azhari,-----.Tahdzibul Lughah.Yogyakarta: Media press
Razak, Abdurdan Rosihan
Anwar,2006. Ilmu kalam. Bandung : Pustaka Setia
http://www.syafieh.blogspot.com
/ilmu-kalam-syiah-tokoh-dan-ajarannya.html, (25 oktober 2013)
Ensiklopedia Islam
[1]
Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi.
Dinukil dari kitab Firaq
Mu'ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin 'Ali Al-Awaji
[2] Abdur
Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, (Bandung:
Puskata Setia, 2006), cet ke-2, h. 89
[3] Riwayat di
Durul Mansur milik Jalaluddin As-Suyuti
[4] Muhammad
Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Islam. Terj. Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad
Qarib, (Jakarta: Logos, 1996), hal. 34
[5] Abdur
Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam, (Bandung:
Puskata Setia, 2006), cet ke-2, hal.90
[6] Hadits
tentang Ghadir Khum ini terdapat dalam versi Sunni maupun Syi’ah dan semuanya
merupakan hadits shahih. Lebih dari seratus sahabat telah meriwayatkan hadits
ini dalam berbagai sanad dan ungkapan. Lihat Muhammad Husai Thabathaba’i,
Shi’a,terj. Husain Nasr, (Anshariah, Qum, 1981)
[7] Ibid,
hal. 38
[8] Ibid,
39-40
[9] Abdur
Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam…hal. 91
[10] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,
Ensiklopedi Islam…, h. 13-15
[11] Abdur
Razak dan Rosihan Anwar , Ilmu Kalam…hal. 94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar