KATA
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji
bagi Allah SWT dzat yang telah menciptakan manusia dengan sempurna, sehingga
dengan segenap akal dan pikiran sebagai anugrah dari-Nya. Penulis mampu
menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk makalah yang berjudul “Perkembangan
Islam Pada Masa Modern” ini, walaupun masih dengan berbagai kesalahan dari
beberapa sudut, dan serta merupakan salah satu untuk memenuhi tugas perkuliahan.
Panjatan do’a, shalawat dan salam sejahtera kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikut yang setia beliau yang telah
mewariskan syari’at Islam kepada makhluk ciptaan Allah.
Tiadalah
penulis dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tangan sendiri tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghaturkan banyak
terimakasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang tidak terhingga.
Dengan iringan
do’a semoga Allah senantiasa memberikan Rahmat-Nya dan memberikan balasan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Akhirnya,
keterbatasan waktu dan kemampuan penulis yang jauh dari sempurna, maka untuk
itu kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan dan semoga makalah ini
bermanfaat. Amin …
Jombang, 19 Februari 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu
pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan sekolah dalam mengelola institusinya,
telah dilakukan Depdiknas. Baik sebelum otonomi daerah maupun sesudah otonomi
daerah. Pada era otonomi daerah muncul program pemberdayaan sekolah melalui
Manajemen Berbasis Sekolah ( M B S ). MBS akan terlaksana apabila didukung oleh
sumber daya manusia ( SDM ) yang memiliki kemampuan, integritas dan kemauan
yang tinggi. Salah satu unsur SDM dimaksud adalah guru, di mana guru merupakan
faktor kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan karena sebagai pengelola
proses belajar mengajar bagi siswa.
Berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional khususnya pendidikan
dasaar dan menengah pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, antara lain
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan
alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan pewningkatan
mutu manajemen sekolah. Namun berbagai indikator mewujudkan bahwa, mutu
pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Sebagian kecil saja sekolah
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian
besar lainnya masih memprihatinkan.
Dari berbagai
pengamatan dan analisis, ada tiga hal pokok yang menyebabkan mutu pendidikan
kita tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Pertama, kebijakan dan
penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan yang menganggap
bahwa apabila semua komponen pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku
dan alat pelajaran, perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainya
terpenuhi, maka hasil pendidikan yang dikehendaki yaitu mutu pendidikan secara
otomatis akan terwujud. Dan yang terjadi tidak demikian, karena hanya
memusatkan pada masalah pendidikan dan tidak memperhatikan proses
pendidikannya.
Kedua, penyelenggaraan
pendidikan nasional dilakukan secara birokratik- sentralistik sehingga menempatkan
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan
birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan
ayang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi setempat. Lebih parah lagi jika
sekolah sendiri pasif dalam arti tidak punya kreativitas.
Ketiga, peran serta
masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama
ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya lebih banyak bersifat
dukungan dana, bukan pada proses pendidikan.Sekolah tidak mempertanggung jawabkan
hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa,
sebagai salah satu unsur yang berkepentingan dengan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah sebagai berikut :
1)
Bagaimana
prakondisi Managemen Berbasis Sekolah ?
2)
Bagaimana
pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah ?
3)
Apa
saja fungsi jajaran birokrasi Managemen Berbasis Sekolah?
4)
Bagaimana
monitoring dan evaluasi Managemen Berbasis Sekolah ?
5)
Apa
saja tonggak- tonggak kunci keberhasilan Managemen Berbasis Sekolah ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah penulis dapat menyimpulkan tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1)
Prakondisi
Managemen Berbasis Sekolah
2)
Pelaksanaan
Managemen Berbasis Sekolah
3)
Fungsi
jajaran birokrasi Managemen Berbasis Sekolah
4)
Monitoring
dan evaluasi Managemen Berbasis Sekolah
5)
Tonggak-
tonggak kunci keberhasilan Managemen Berbasis Sekolah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Prakondisi Managemen Berbasis Sekolah
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah masih rendahnya mutu pendidikan dari sebagian sekolah khususnya sekolah
dasar dan menengah di pedesaan, misalnya di pedalaman dan di perbatasan.
Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, misalnya pengembangan delapan standar nasional pendidikan, alokasi
dana pendidikan minimal 20% APBN dan APBD, sertifikasi pendidik beserta
tunjangan profesinya, penerapan ujian nasional, peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pendidikan, dan sejumlah terobosan baru berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun
demikian, mutu pendidikan nasional belum merata di seluruh tanah air. Sebagian
sekolah, terutama di kota-kota, secara umum, menunjukkan peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan, sebaliknya sebagian lainnya khususnya di
pedesaan, masih memprihatinkan. Jadi, kesenjangan mutu pendidikan nasional
masih cukup lebar.
Berdasarkan kenyataan ini, berbagai pihak mempertanyakan: apa penyebab
kesenjangan mutu pendidikan nasional yang masih lebar ini? Tentu saja
jawabannya adalah banyak faktor yang menyebabkan lebarnya kesenjangan mutu
pendidikan nasional, tiga diantaranya adalah: (1) penerapan pendekatan sistem
secara parsial, (2) belum maksimalnya penerapan MBS, dan (3) rendahnya
partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah.
Faktor pertama,
penerapan pendekatan sistem dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sering
dilaksanakan secara parsial. Sekolah sebagai sistem terdiri dari konteks,
input, proses, output, dan outcome. Dalam kenyataannya, pengembangan sekolah sering
difokuskan pada input saja (guru, kurikulum, sarana dan prasarana, dana, dsb.),
proses saja (proses belajar mengajar, penilaian hasil belajar, kepemimpinan
sekolah, dsb.), atau output saja (nilai ujian nasional, perlombaan karya
ilmiah, dsb.). Padahal, penyelenggaraan sekolah sebagai sistem harus dilakukan
secara utuh, tidak parsial, apalagi parosial. Artinya, pengembangan sekolah
secara sistem harus mencakup seluruh komponen sekolah secara utuh mulai dari
konteks, input, proses, output, hingga sampai outcome.
Faktor kedua, penyelenggaraan
pendidikan nasional yang dilakukan secara birokratik-sentralistik telah
menempatkan sekolah sebagai subordinasi yang sangat tergantung pada keputusan
birokrasi diatasnya yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang
kebijakan yang diberlakukan kurang sesuai dengan kondisi sekolah setempat.
Karena sekolah lebih merupakan subordinasi dari birokrasi di atasnya, maka
mereka kehilangan kemandiriannya, terpasung kreatifitasnya/inisiatifnya, rendah
keluwesannya, rendah motivasinya, dan rendah keberanian moralnya untuk
melakukan hal-hal baru yang diperlukan untuk memajukan sekolahnya.
Faktor ketiga,
peranserta warga sekolah khususnya guru, karyawan dan siswa serta peranserta
masyarakat khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan sekolah selama ini
belum optimal. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan,
padahal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru.
Dikenalkan pembaruan apapun jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi
perubahan di sekolah tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya
sebatas pada dukungan dana, sedang dukungan-dukungan lain seperti pemikiran,
moral, pisik, dan material belum optimal. Padahal, kesuksesan sekolah sangat
memerlukan teamwork
yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah. Hal ini hanya akan terjadi
apabila pertisipasi warga sekolah dan masyarakat maksimal. Partisipasi maksimal
akan mampu meningkatkan rasa kepemilikan terhadap sekolah dan rasa kepemilikan
akan meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat terhadap sekolah.
Berdasarkan ketiga faktor tersebut, tentu saja perlu dilakukan
upaya-upaya penyampurnaan, salah satunya adalah mempertegas konsep dasar MBS
dan memperkuat pelaksanaannya. Oleh karena itu, pembahasan MBS selanjutnya akan
difokuskan pada: (1) landasan yuridis, (2) asumsi-asumsi diterapkannya MBS, (3)
prakondisi yang diperlukan dalam penyelenggaraan MBS, (4) konsep dasar MBS yang
meliputi: pola baru manajemen pendidikan masa depan, arti, tujuan,
karakteristik MBS, dan urusan-urusan yang didesentralisasikan ke sekolah, dan
(5) pelaksanaan MBS.
Sekolah adalah satu dari Tripusat
pendidikanyang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, mengutip
pendapat Gorton tentang sekolah ia
mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu system organisasi, dimana terdapat
sejumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang
dikenal sebagai tujuan instruktsional.
MBS terlahir dengan beberapa nama yang
berbeda, yaitu tata kelola berbasis sekolah, managemen mandiri sekolah, dan
bahkan juga dikenal dengan school site management atau managemen yang bermakas
di sekolah. Istilah- istilah tersebut memang mempunyai pengertian dengan
penekanan yang sedikit berbeda. Namun, nama-nama tersebut memiliki roh yang
sama, yakni sekolah diharapkan dpat menjadi lebih otonom dalam pelaksanaan
managemen sekolahnya, khususnya dalam penggunaan 3M, yakni Man, Money, and
Material.
Penyerahan otonomi dalam pengelolaan
sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka direktoratpembinaan SMP
menamakan MBS sebagai Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah(MPMBS).
Istilah managemen sekolah seringkali
diartikan sama dengan istilah administrasi sekolah atau pengelolaan, yaitu
segala usaha bersama untuk mendaya gunakan sumber-sumber, baik personal maupun
material secaraefektif dan efienguna menujang tercapainya tuujuan pendidikan di
sekolah secara optimal.
B.
Pelaksanaan Managemen Berbasis Sekolah
1. Rasional
Pelaksanaan
MBS disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan tiap-tiap sekolah. Ada empat hal
pokok yang memerlukan perubahan dalam melaksanakan MBS:
a. Peraturan perundang-undangan yang menetapkan
sekolah bersifat otonom.
b. Kebiasaan
berperilaku unsur-unsur sekolah perlu disesuaikan dengan tuntutan MBS.
c. Peran
sekolah menjadi sekolah yang mandiri dan bermotivasi diri tinggi.
d. Struktur
organisasi pendidikan perlu di tata kembali sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
2. Tahap-tahap pelaksanaan MBS
a. Sosialisasi.
Sekolah mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh warga sekolah dan masyarakatmelalui berbagai kegiatan antara lain seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja. Kegiatan mensosialisasi MBS dapat dilakukan dengan cara :
Melakukan identifikasi dan mengenalkan sistem, budaya, dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelenggarakan MBS.
Sekolah mensosialisasikan konsep MBS kepada seluruh warga sekolah dan masyarakatmelalui berbagai kegiatan antara lain seminar, lokakarya, diskusi, rapat kerja. Kegiatan mensosialisasi MBS dapat dilakukan dengan cara :
Melakukan identifikasi dan mengenalkan sistem, budaya, dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelenggarakan MBS.
1) Membuat
komitmen secara rinci jika terjadi perubahan sistem, budaya, dan sumber daya
yang cukup mendasar.
2) Mengklarifikasikan
visi,misi dan tujuan, sasaran rencana, dan program-program penyelenggaraan MBS.
3) Memberikan
penjelasan secara rinci mengapa diperlukan manajemen berbasis
sekolah.
sekolah.
4) Mendorong
sistem, budaya, dan sumber daya manusia yang mendukung penerapan MBS dan
memberi penghargaan kepada warga sekolah yang menerapkannya.
5) Mengarahkan proses perubahan agar sesuai
dengan visi, misi, tujuan, sasaran,
rencana, dan program-program sekolah.
rencana, dan program-program sekolah.
3. Identifikasi
Tatangan sekolah
Sekolah
mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah selisih
antara hasil yang diharapkan di masa yang akan datang, contoh hasil prestasi
akademik dan non akademik . Tantangan sekolah bersumber dari hasil sekolah yang
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu kualiatas, produktivitas, efektivitas,
dan efisien.
4. Visi,
Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah.
V
i s i
Setiap
sekolah memiliki visi yang berisi tentang :
a. Wawasan
yang menjadi sumber arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan
misi sekolah.
b. Pandangan
jauh ke depan kemana sekolah akan di bawa.
c. Gambaran
masa depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah yang bersangkutan dapat
menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Visi
sekolah harus mengacu kebijakan pendidikan nasional tetapi sesuai dengan
butuhan peserta didik yang dilayani. Oleh karena itu, visi suatu sekolah tak harus sama dengan sekolah lainsepanjang tidak keluar dari ketentuan nasional yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi sebaiknya dilengkapi dengan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan oleh visi tersebut agar tidak menimbulkan aneka tafsir. Misalnya Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa.
M i s i
butuhan peserta didik yang dilayani. Oleh karena itu, visi suatu sekolah tak harus sama dengan sekolah lainsepanjang tidak keluar dari ketentuan nasional yaitu tujuan pendidikan nasional. Visi sebaiknya dilengkapi dengan indikator sebagai penjelasan apa yang dimaksudkan oleh visi tersebut agar tidak menimbulkan aneka tafsir. Misalnya Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa.
M i s i
Misi
adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Dalam merumuskan
misi harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan aspirasi semua warga
sekolah yang terkait. Misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang
dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya. Contoh Visi sekolah ”
Unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa dapat merumuskan misi sebagai
berikut :
1) Melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan secara efektif, bagi siswa sesuai potensi masing-
masing.
2) Menumbuhkan
semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah.
3) Mendorong
dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga
dapat dikembangkan secara optimal.
dapat dikembangkan secara optimal.
4) Menumbuhkan
penghayatan terhadap ajaran agama yanga dianut dan juga budaya
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
T
u j u a n
Tujuan
adalah apa yang akan dicapai dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan
kapan tujuan tersebut akan dicapai. Tujuan pada dasarnya merupakan tahapan
wujud sekolah menuju visi yang telah ditetapkan.
S
a s a r a n
Sasaran
adalah penjabaran tujuan : yaitu suatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh
sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibanading tujuan sekolah. Rumusan
sasaran harus selalu mengandung peningkatan baik peningkatan kualitas,
efektivitas, produktivitas, maupun efisiensi.Sasaran harus dibuat spesifik, terukur
jelas kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rinci, dan mengacu pada
visi, misi, dan tujuan sekolah.
5.
Identifikasi
fungsi-fungsi yang diperlukan.
Fungsi-fungsi
yanag digunakan untuk mencapai sasaran dan yang masih perlu tingkat
kesiapannya, antara lain fungsi proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum
perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan
kesiswaan, pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah
masyarakat, dan fungsi pengembangan fasilitas.
6.
Analisis SWOT
Analisis
SWOT ( Strenht, Weakness, Opprtunity, Threat ) dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan, analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap
fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Fungsi yang
memadai sebagai kekuatan dan fungsi yang kurang dinyatakan sebagai kelemahan,
untuk factor internal dan ancaman.
7.
Alternatif
Pemecahan Masalah
Tindakan
tersebut merupakan upaya untuk mengatasi kelemahan maupun ancaman, agar menjadi
kekuatan atau peluang, yakni dengan memanfaatkan faktor lain yang menjadi
kekuatan atau peluang.
8.
Rencana dan
Program Sekolah
Rencana
harus menjelaskan secara detail aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan yang
harus dilakukan siapa, kapan dan dimana dilaksanakan, serta biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Program adalah bentuk dukumen
untuk menggambarkan langkah dalam mewujudkan keterpaduan dlam pelaksanaan.
9.
Implementasi
Rencana dan Program Sekolah
Dalam
kaitannya dengan implementasi Rencana dan Program sekolah kepala sekolah dan
guru hendaknya mendayagunakan sumberdaya pendidikan yang tersedia semaksimal
mungkin semata-mata untuk kualitas pembelajaran.
10.
Evaluasi
Pelaksanaan
Sekolah
harus melakukan evaluasi pelaksanaan program, baik jangka pendek ( akhir
semester ), jangka menengah ( satu tahun ), jangka panjang uantuk mengetahui
seberapa jauh program sekolah memenuhi tuntutan pasar. Hasil evaluasi dibuat
laporan meliputi laporan teknis yang menyangkut program pelaksanaan dan hasil
MBS dan laporan keuangan tentang penggunaan uang serta pertanggungjawabannya.
11.
Sasaran Baru
Hasil
evaluasi untuk menentukan sasaran baru untuk tahun yang akan datang. Setelah
sasaran baru ditetapkan, kemudian dilakukan analisis SWOT untuk
mengetahui tingkat kesiapan masing-masing fungsi dalam sekolah.
C.
Fungsi jajaran birokrasi Managemen Berbasis Sekolah
Tugas
dan fungsi sekolah adalah mengelola penyelenggaraan MBS di sekolah
masing-masing. Mengingat sekolah merupakan unit terdepan dalam penyelenggaraan
MBS, maka sekolah menjalankan tugas dan fungsi sebagai berikut :
1.
Menyusun rencana
dan program pelaksanaan MBS dengan melibatkan semua unsur
sekolah
sekolah
2.
Mengkoordinasikan
dan menyerasikan segala sumberdaya yang ada di sekolah dan di
luar sekolah untuk mencapai sasaran MBS yang telah ditetapkan.
luar sekolah untuk mencapai sasaran MBS yang telah ditetapkan.
3.
Melaksanakan MBS
secara efektif dan efisien
4.
Melaksanakan
pengawasan dan bimbingan dalam pelaksanaan MBS untuk mencapai
sasaran MBS
sasaran MBS
5.
Pada setiap
akhir tahun ajaran melakukan evaluasi untuk menilai tingkat ketercapaian
sasaran program MBS yang telah ditetapkan guna untuk menentukan sasaran baru pro-gram MBS tahun-tahun berikutnya.
sasaran program MBS yang telah ditetapkan guna untuk menentukan sasaran baru pro-gram MBS tahun-tahun berikutnya.
6.
Menyusun
laporan-laporan program MBS secara lengkap
7.
Mempertanggungjawabkan
hasil penyelenggaraan MBS kepada semua pihak yang
berkepentingan.
berkepentingan.
D.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi (ME) merupakan bagian integral dari pengelolaan pendidikan,
baik di tingkat mikro (sekolah), meso (dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas
pendidikan provinsi), maupun makro (kementerian).
Monitoring adalah suatu
proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan MBS.
Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan pada pelaksanaan MBS, bukan pada
hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring adalah pada komponen proses MBS, baik
menyangkut proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan
program, maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Sedang evaluasi merupakan suatu proses untuk
mendapatkan informasi tentang hasil MBS. Jadi, fokus evaluasi adalah pada hasil
MBS. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah
ditetapkan.
ME pada MBS bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hasil monitoring dapat
digunakan untuk memberi masukan (umpan balik) bagi perbaikan pelaksanaan MBS.
Sedang hasil evaluasi dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
memberi masukan terhadap keseluruhan komponen MBS, baik pada konteks, input,
proses, output, maupun outcomenya.
Masukan-masukan dari hasil monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk
pengambilan keputusan.
MBS sebagai
sistem, memiliki komponen-komponen yang saling terkait secara sistematis satu
sama lain, yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome. Konteks adalah
eksternalitas sekolah berupa demand and
support(permintaan dan dukungan) yang berpengaruh pada input sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama artinya dengan istilah
kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti evaluasi tentang
kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks adalah penilaian
kebutuhan (needs assessment).
Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses.Secara garis besar, input dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input
manajemen. Harapan-harapan terdiri dari
visi, misi, tujuan, sasaran. Proses
adalah berubahnya sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Dalam MBS sebagai sistem, proses terdiri dari:
proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan proses
akuntabilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada proses adalah pemantauan
(monitoring) implementasi MBS, sehingga dapat ditemukan informasi tentang
konsistensi atau inkonsistensi antara rancangan/disain MBS semula dengan proses implementasi yang sebenarnya.
Output adalah
hasil nyata dari pelaksanaan MBS. Hasil nyata yang dimaksud dapat berupa
prestasi akademik (academic achievement),
misalnya, nilai NUN, dan peringkat lomba karya tulis, maupun prestasi
non-akademik (non-academic achievement),
misalnya, IMTAQ, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi olahraga, kesenian, dan
kerajinan. Fokus evaluasi pada output adalah mengevaluasi sejauhmana sasaran (immediate objectives) yang diharapkan
(kualitas, kuantitas, waktu) telah dicapai oleh MBS. Dengan kata lain,
sejauhmana “hasil nyata sesaat” sesuai dengan “hasil/sasaran yang diharapkan”.
Outcome adalah hasil MBS jangka panjang, yang berbeda dengan
output yang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka pendek. Karena itu, fokus
evaluasi outcome adalah pada dampak MBS jangka panjang, baik dampak individual
(siswa), institusional (sekolah), dan sosial (masyarakat).

Gambar 3: Monitoring dan Evaluasi MBS
Ada dua jenis monitoring dan evaluasi
sekolah, yaitu internal dan eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi
internal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri.
Pada umumnya, pelaksana monitoring dan evaluasi internal adalah warga sekolah
sendiri yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, guru bimbingan dan
penyuluhan, dan warga sekolah lainnya. Tujuan utama monitoring dan evaluasi
internal sekolah adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Sedang yang
dimaksud monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang
dilakukan oleh pihak eksternal sekolah (external
institution), misalnya Dinas Pendidikan, Pengawas, dan Perguruan tinggi,
atau gabungan dari ketiganya. Hasil monitoring dan evaluasi eksternal dapat
digunakan untuk: rewards system terhadap individu sekolah, meningkatkan iklim
kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik, memperbaiki sistem
yang ada secara keseluruhan, dan membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya.
E.
Tonggak- tonggak Kunci Keberhasilan MBS
Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS, sekolah-sekolah yang
melaksanakan MBS harus membuat tonggak-tonggak kunci keberhasilan untuk kurun
waktu tertentu. Tonggak-tonggak kunci keberhasilan MBS merupakan target-target
hasil MBS yang akan dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek
(1 tahun). Target-target tersebut bersumber dari pemerataan kualitas pendidikan,
dan tata kelola sekolah yang baik (good
governance) yang meliputi: partisipasi, transparansi, tanggungjawab,
akuntabilitas, wawasan kedepan, penegakan hukum, keadilan, demokrasi,
prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi, dan kepastian
jaminan hukum. Sebaiknya, tonggak-tonggak kunci keberhasilan dibuat tabuler
yang terdiri dari program-program strategis dan tonggak-tonggak kunci
keberhasilan dari setiap program strategis.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. MBS
adalah model manajemen sekolah yang memberikan otonomi kepada sekolah dan menekankan
keputusan sekolah sbersama/ partisipatif dari semua warga sekoalh dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
2. MBS
memberikan kemungkinan sekolah memiliki kewenangan yang besar mengelola
sekolahnya agar lebih berdaya kreatif sehingga dapat mengembangkan program-
program yang lebih cocok dengan kebutuhan dan potensi sekolah.
sekolahnya agar lebih berdaya kreatif sehingga dapat mengembangkan program-
program yang lebih cocok dengan kebutuhan dan potensi sekolah.
3. Tahap
pelaksanaan MBS meliputi sosialisasi merumuskan visi, misi, tujuan dan
sasaran sekolah, identifikasi fungsi-fungsi pendidikan/sekolah, analisis tingkat
kesiapan fungsi, pemecahan masalah, menyiapkan/ menyusun program, evaluasi dan
penyempurnaan.
sasaran sekolah, identifikasi fungsi-fungsi pendidikan/sekolah, analisis tingkat
kesiapan fungsi, pemecahan masalah, menyiapkan/ menyusun program, evaluasi dan
penyempurnaan.
4. MBS
akan efektif apabila pelaksanaanya didukung oleh sumber daya manusia ( SDM )
Yang memilki kemauan,integritasyang tinggi,baik dijajaran sekolah,Dinas Pendidikan
Kabupate/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi maupun pusat
Yang memilki kemauan,integritasyang tinggi,baik dijajaran sekolah,Dinas Pendidikan
Kabupate/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi maupun pusat
5. Monitoring
dan evaluasi pelaksanaan MBS adalah merupakan sistem dan bagian integral pengelolaan
pendidikan. Dengan ME dapat diketahui tingkat kemajuan pendidikan di sekolah.,
dimana dari hasil ME ini dipakai sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan dalam
penyelenggaraan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama,
Ditjen Mandikdasmen. Depdiknas (rujukan utama dari materi pelatihan ini).
E.Mulyasa. 2004.Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT.Remaja Rosda.
Atmodiwirio, Soebagio, (2000). Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: PT. Ardazya Jaya.
Fattah, Nanang, (2004). Konsep Manajemen Berbasis
Sekolah dan Dewan Sekolah.
Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy
http://www.google.com///H:/%C2%A0/bahan%20MBS/MANAJEMEN%20BERBASIS%20SEKOLAH%20%20%20SDN%20SILEA%20JAYA.htm. Diakses pada tanggal 17 Februari 2015