Minggu, 03 April 2016

Asas- asas Pelaksanaan Metodologi Pendidikan Agama Islam


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT dzat yang telah menciptakan manusia dengan sempurna, sehingga dengan segenap akal dan pikiran sebagai anugrah dari-Nya. Penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk makalah yang berjudul “Asas- asas Pelaksanaan Metodologi Pendidikan Agama Islam” ini, walaupun masih dengan berbagai kesalahan dari beberapa sudut, dan serta merupakan salah satu untuk memenuhi tugas perkuliahan. Panjatan do’a, shalawat dan salam sejahtera kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikut yang setia beliau yang telah mewariskan syari’at Islam kepada makhluk ciptaan Allah.
Tiadalah penulis dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tangan sendiri tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghaturkan banyak terimakasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang tidak terhingga.
Dengan iringan do’a semoga Allah senantiasa memberikan Rahmat-Nya dan memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis yang jauh dari sempurna, maka untuk itu kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan dan semoga makalah ini bermanfaat. Amin …

Jombang,   21 Februari 2015


Penyusun











BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Fazlur Rahman mengemukakan bahwa salah satu problem pendidikan umat Islam adalah problem metode pendidikan. Pendidikan umat Islam senantiasa menggunakan metode hafalan, yang tidak dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.[1]Seringkali dijumpai seorang guru yang berpengetahuan luas tetapi tidak berhasil dalam mengajar, hanya karena tidak menguasai metode mengajar. Itulah sebabnya, metode mengajar menjadi salah satu obyek bahasan yang penting dalam pendidikan.[2] Keberadaan metodologi pembelajaran merupakan salah satu solusi yang dapat dijadikan guru dalam memecahkan persoalan tersebut, karena merupakan hasil pengkajian dan pengujian melalui metode ilmiah.
Metodologi berarti ilmu tentang metode, sementara metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam ilmu tentang mengajar, metodologi disebut didaktik yaitu ilmu yang membahas tentang kegiatan proses belajar mengajar yang menimbulkan proses belajar. Didaktik dibedakan menjadi dua, yaitu dikdaktik umum dan didaktik khusus. Didaktik umum membahas prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar, sedangkan didaktik khusus yaitu membahas cara-cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada pelajar.
Saat  ini asas-asas yang sering dikemukakan adalah seperti motivasi, aktivitas, peragaan, individualitas, apersepsi, lingkungan, korelasi, dan konsenterasi, atau integrasis. Asas asas itu tidak berdiri sendiri,melainkan bertalian erat satu sama lain. Misalnya motivasi (minat) timbul bila anak-anak aktif, atau bila kita gunakan alat-alat peraga, atau kita bawa berkaryawisata ke luar sekolah (lingkungan). Karena itu biasanya asas-asas itu timbul serempak. Akan tetapi seseorang pasti tidak akan menjadi guru yang baik kalau ia mengabaikan asas-asas didaktik. Itulah sebabnya taktik perlu dipelajari oleh setiap pengajar.
Karena tugas guru yang berat itu, maka mereka yang berprofesi sebagi guru harus dimiliki dan menguasai asas-asas  mengajar dan selalu aktif-kreatif menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu tidak ada kesan mengajar asal-asalan.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Asas- asas pendidikan Islam?
2.      Bagaimana implementasi metodologi pembelajaran PAI pada kegiatan pembelajaran di kelas?
C.  Tujuan Makalah
       Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penulis dapat menyimpulkan tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.      Asas- asas pendidikan Islam
2.      Implementasi metodologi pembelajaran PAI pada kegiatan pembelajaran di kelas























BAB II
PEMBAHASAN

A.  Asas- asas Metode Pendidikan Agama Islam
Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang absolut atau mutlak. artinya penerapan asas harus memperbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.[3] Dapat disimpulkan bahwa Asas Metode Pendidikan Islam adalah  suatu pernyataan yang dijadikan pedoman didalam  mendidik yang telah direncanakan untuk menjadikan manusia yang dewasa dan berkepribadian muslim, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus yang kemungkinan terjadi pada anak didik.
1.      Asas Motivasi
Pendidikan harus berusaha membangkitkan minat peserta didik sehingga seluruh perhatia mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Asas motivasi dapat diupayakan melalui pengajaran dengan cara yang menarik sesuai dengan tingkat pekembangan peserta didik, mengadakan selingan sehat, menggunakan alat-alat perasa yang sesuai dengan sifat materi, menghindari pengaruh yang menganggu konsentrasi didik, mengadakan kompetisi sehat dengan memberika hadiah hukuman yang bijaksana.
Menurut seorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hierarki, yaitu motivasi itu mempunyai tingaktan-tingakatan dari bawah sampai ke atas yakni :
a.       Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan sebgainya.
b.      Kebutuhan keamanan (Security), yakni rasa terlindung, bebas dari takut dan kecemasan.
c.       Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam suatu kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya)
d.      Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, social, pembentukan pribadi.[4]
2.      Asas aktivitas
Dalam proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan, secara individual maupun kolektif. Asas ini menghindari adanya verbalistis bagi peserta didik. Asas aktivitas dapat diupayakan dengan aktivitas jasmani berupa penelitian, eksperimen pembuatan konstruksi model, cocok tanam, atau juga denagn aktivitas rohani berupa ketekunan dalam mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, berpikir untuik memecahkan problem dan tergugah perasaannya, dan berkemauan keras untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
3.      Asas Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata Apperception (Inggris), yang artinya menafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan mengasimilasi suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki dan deng Apersepsi adalah gejala jiwa yang dialami jika kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang yang berjalin dengan kesan-kesan lam yang sudah dimiliki disertai proses pengelolaan, sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Asas apersepsi bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh peserta didik.an demikian memahami dan menafsirkannya.
4.      Asas peragaan
Dalam asas ini, pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata. Baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan. Asas ini diupayakan melalui penggunaan berbagai macam alat peraga secara wajar, yaitu dengan memeragakan pelajaran dengan percobaan, membuat herbarium, ruang eksposisi, bulletin board, poster, serta menyelenggarakan karyawisata dan mengadakan sandiwara, sosiodrama, pantonim, tablo, dan drama. Nabi Muhammad SAW sering memeragakan sewaktu mengajarkan materi pada umat-umatnya, seperti yang dikenal dengan “sunnah fi’liyah”. Dan, dalam pepatah Arab diaktakan : “Tindakan itu lebih baik dari ucapan”. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari)
5.      Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya. Hal ini karena penguasaan pengetahuan mudah terlupakan oleh peserta didik apabila dialami hanya sekali atau diingat setengah-setengah. Oleh karena itu, pengetahuan yang sering berulang-ulang menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik. Asas ulangan dapat melalui okasional, sistematis, yaitu diberikan secara teratu, kontinu, dan terencana.
6.      Asas Korelasi
Asas belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup berbagai dimensi yang kompleks yang saling berhubungan. Pendidikan hendaknya memandang peserta didik sebagai salah sejumlah daya-daya yang dinamis yang senantiasa berinteraksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan. Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran, pendidikan harus  menhubungkan suatu bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan apersepsi dalam kesadaran dan sekaligus membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
7.      Asas konsentrasi
Asas memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memerhatikan peserta didik dalam segala aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah yang baru muncul. Ali bin Abi Thalib berkata : “Aqbil ‘ala sya’nik” (hadapkan konsentrasimu pada urusanmu). Asas seperti ini diterapkan karena manusia memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, maka pemecahannya adalah memfokuskan masalah pada satu bagian, dan setelah bagian ini diselesaikan maka dapat beralih pada bagian yang lain.
8.      Asas Individualisasi
Asas yang memerhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat, serta lingkungan yang mempengaruhinya. Aplikasi asas ini adalah pendidik dapat mempelajari pribadi setiap peserta didik, terutama tentang kepandaian, kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya. Agar pengajaran yang diberikan sesuai dengan  perbedaan individu, beberapa diantara usaha adalah sebagai berikut :
a.       Individualized assignments
b.      Pengajaran unit atau proyek
c.       Homogeneous grouping
d.      Remedial work
e.       Teknik bertanya
f.       Mengusahakan pemberian tugas-tugas pelajaran di luar sekolah[5]
9.      Asas Sosialisasi
Asas yang memerhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didk dengan pendidik atau sesama peserta didik dan masyarakat sekitarnya dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil. Pendidik dapat memfungsikan sumber-sumber fasilitas dari masyarakat untuk kepentingan pelajarannya dengan membawa peserta didik untuk karyawisata, survey, pengabdian masyarakat, perkemahan.
10.  Asas Evaluasi
Asas ini memerhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimilki peserta didik sebagai Feedback  pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya diperuntukkan bagi peserta didik, tetapi juga bagi pendidik, yaitu sejauh mana keberhasilannya dalam menunaikan tugasnya.
11.  Asas Kebebasan
Asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif. Asas ini mengandung tiga aspek, yaitu Self-directedness, self-discipline, self-control. Asas ini menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran kebijakan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan adanya pengarahan sehingga sistem kontrol diri berkembang
12.  Asas Lingkungan
Asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berakal pembawaan, pembawaan itu masih bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan, sehingga pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang tidak bersatu, tetapi saling membutuhkan mengingat pembawaan merupakan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai dari lingkungan.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk melaksanakan prinsip lingkungan dalam pengajaran adalah :
a.       Memberikan pengetahuan tentang lingkungan anak dan dari sinilah pengetahuan agama anak diluaskan.
b.      Mengusahakan agar alat yang digunakan berasal dari lingkungan yang dikumpulkan baik oleh guru maupun oleh murid-murid.
c.       Mengadakan karyawisata ke tempat-tempat yang dapat mendukung untuk memperluas pengetahuan agama dan keimanan anak
d.      Memberikan kesempatan kepada anak untuk elaksanakan penyelidika sesuai dengan kemampuannya melalui bacaan-bacaan dan observasi.[6]
13.  Asas Globalisasi
Asas sebagai akibat pengaruh psikologis totalitas, yaitu peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi secara fisik, social, dan sebaginya.
14.  Asas Pusat-Pusat Minat
Asas yang memerhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan asas pusat-pusat minat dalam Islam denan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia terhadap alam semesta.
Setiap anak didik mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Anak di kota berbeda minat dan kebutuhannya dengan anak di desa, di daerah pantai bebrbeda dengan pegunungan, anak yang bersekolah sampai perguruan tinggi berbeda dengan anak yang akan bekerja setelah tamat SLTA. Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.  Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab tumbuhnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, anak menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan sungguh-sungguh dalam belajar.[7]
15.  Asas Keteladanan
Pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya pada pendidik yang utama (orang tua). Asas keteladanan efektif digunakan pada fase-fase ini, misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil adik yang telah dibunuhnya. Meniru contoh yang diberikan burung gagak dalam menguburkan gagak lain, dimana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT.
16.  Asas Pembiasaan
Asas yang memerhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik. Pembiassn merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan mengingat Manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.[8]
B.     Implementasi metodologi pembelajaran PAI pada kegiatan pembelajaran di kelas
Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, perlu dibuat sebuah system pendidikan Islam secara terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. System pendidikan yang ada haruslah memadukan seluruh unsure pembentuk  system pendidikan yang unggul. Dalam menyikapi hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi perhatian. Pertama, sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melipatkan tiga unsure diatas. Sebab, ketiga unsure di atas menggambarkan kondisi factual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsure tersebut belum berjalan secara sinergis, disampinng masing- masing unsure tersebut juga belum berfungsi secara benar.
Buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah/kampus dan menambah keruwetan persoalan di tengah-tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Pada saat yang sama, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimum. Apalagi jika pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut.
Kedua, kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya. Selain muatan penunjang proses pembentukan kepribadian Islam yang secara terus-menerus diberikan mulai dari tingkat TK hingga PT, muatan tsaqâfah Islam dan Ilmu Kehidupan (IPTEK, keahlian, dan keterampilan) diberikan secara bertingkat sesuai dengan daya serap dan tingkat kemampuan anak didik berdasarkan jenjang pendidikannya masingmasing. Pada tingkat dasar atau menjelang usia balig (TK dan SD), penyusunan struktur kurikulum sedapat mungkin bersifatmendasar, umum, terpadu, dan merata bagi semua anak didik yang mengikutinya. Berbicara tentang asas- asas pendidikan Islam, maka yang menjadi unsure terpenting di dalamnya adalah mengenai tabiat manusia yang tersurat di dalam ayat- ayat yang mengelupas langsung dengan menyebut- nyebut “Adam”, “Bani Adam”, “Al- Basyar”, “An-Nas”, “Al- Insan” dan berbagai penciptaannya yang beraneka, maupun berbagai tempat lainnya di dalam Al- Qur’an.
















BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang absolut atau mutlak. artinya penerapan asas harus memperbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah. Dapat disimpulkan bahwa Asas Metode Pendidikan Islam adalah  suatu pernyataan yang dijadikan pedoman didalam  mendidik yang telah direncanakan untuk menjadikan manusia yang dewasa dan berkepribadian muslim, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus yang kemungkinan terjadi pada anak didik.
Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, perlu dibuat sebuah system pendidikan Islam secara terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. System pendidikan yang ada haruslah memadukan seluruh unsur pembentuk  system pendidikan yang unggul.












DAFTAR PUSTAKA

Nazarudin Rahman, 2009, Manajemen Pembelajaran ; Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Cet I, Yogyakarta, Pustaka Felicha.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2008, Rineka Cipta, Jakarta.
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, 2012. Bumi Aksara, Jakarta
Sutrisno, Problem-Problem Pendidikan Umat Islam; Studi atas Pemikiran Fazlur Rahman,  dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 3 no 2 Januari 2002, Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.
Tim DirJen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, 2001, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depatemen Agama RI.
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, 2004. Bumi Aksara, Jakarta.



[1] Sutrisno, Problem-Problem Pendidikan Umat Islam; Studi atas Pemikiran Fazlur Rahman,  dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 3 no 2 Januari 2002, Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, hal. 31-21.
[2] Tim Dirjen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depatemen Agama RI, 2001, hal. 20.
[4] S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, cet ke-5, 2012, hal. 75
[5] Op.Cit., Zakiah Daradjat, hal. 121
[6] Op.Cit., Zakiah Daradjat, hal. 130
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 115
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 117

Perkembangan dan Pertumbuhan Psiko fisik



Perkembangan dan Pertumbuhan Psiko Fisik
(Pengertian, faktor- faktor yang berpengaruh, hukum dan tugas- tugas perkembangan)
                                                                                                 

Dosen Pengampu :
Siti Rofi’ah, M.Pd.I


















Disusun Oleh :
Nanik Purwasih
Muyassarotul Qoyimah

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS XXXXXXXXXXXXX
2015


KATA PENGANTAR


Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT dzat yang telah menciptakan manusia dengan sempurna, sehingga dengan segenap akal dan pikiran sebagai anugrah dari-Nya. Penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk makalah yang berjudul “Perkembangan Islam Pada Masa Modern” ini, walaupun masih dengan berbagai kesalahan dari beberapa sudut, dan serta merupakan salah satu untuk memenuhi tugas perkuliahan. Panjatan do’a, shalawat dan salam sejahtera kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikut yang setia beliau yang telah mewariskan syari’at Islam kepada makhluk ciptaan Allah.
Tiadalah penulis dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tangan sendiri tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghaturkan banyak terimakasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang tidak terhingga.
Dengan iringan do’a semoga Allah senantiasa memberikan Rahmat-Nya dan memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, keterbatasan waktu dan kemampuan penulis yang jauh dari sempurna, maka untuk itu kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan dan semoga makalah ini bermanfaat. Amin …

Jombang,   10 April 2015


Penyusun











BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development) (Mc. Leod, 1989).[1]
Tumbuh adalah berbeda dengan perkembangan. Pribadi yang bertumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkambang. Istilah “pertumbuhan” mengacu pada aspek-aspek fisik (jasmani) seperti: bentuk, tinggi dan besar tubuh, jenis rambut dan lain sebagainya, sedangkan istilah “perkembangan” mengacu pada aspek-aspek psikis (rohaniah) seperti: pandai, bodoh, sabar, tenang, penyayang dan lain sebagainya. Proses perubahan itu terjadi secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan, bukan kemunduran[2][2]. Oleh karena itu dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi manusia baik jasmaniah maupun rohaniah, terdapat dua bagian yang berbada sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan.
Sebagaimana telah disinggung pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, banyak sekali hal-hal yang seharusnya dibicarakan yang amat penting bagi kita dalam tahap awal pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik itu sendiri.nSebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan. Menurut mereka, perkembangan itu tidak sama dengan tumbuh, begitu pun sebaliknya. Perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani (psiko-fisik) menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Sesungguhnya terdapat berbagai persoalan yang semuanya bisa dianggap penting yaitu: pengertian pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, hukum dan tugas-tugas perkembangan, karekteristik pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing priode, beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa, solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
B.  Rumusan Masalah
      Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian perkembangan dan pertumbuhan Psiko-fisik ?
2.      Apa saja faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Psiko-fisik ?
3.      Apa hokum dan tugas- tugas perkembangan ?

C.  Tujuan Makalah
       Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penulis dapat menyimpulkan tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1)      Pengertian perkembangan dan perumbuhan Psiko- fisik
2)      Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Psiko-fisik
3)      Hukum dan tugas- tugas perkembangan


































BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian perkembangan dan perumbuhan Psiko- fisik
1.   Pengertian Pertumbuhan
Tumbuh adalah berbeda dengan perkambangan. Pribadi yang bertumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkambang. Oleh karena itu dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi manusia baik jasmaniah maupun rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan. Adapun dua bagian kondisional pribadi manusia itu meliputi:
a.    Bagian pribadi material yang kuantitatif
b.    Bagian pribadi fungsional yang kualitatif,
Kenyataan itulah yang melahirkan perbadaan konsep antara pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan dari tidak ada menjadi ada, dari sedikit menjadi banyak, dan sebaginya. Ini tidak berarti, bahwa pertumbuhan itu hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, karena tidak selamanya material itu kuantitatif. Dari uraian di atas dapatlah kita merumuskan arti pertumbuhan pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan.
2.      Perngertiam perkembangan psikofisik
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mata fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan.
Selanjutnya, pembahasan mengenai perkembangan ronah-ronah psiko-fisik pada bagian ini akan penyusun fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkembangan tersebut meliputi:
a.           Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
b.           Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni  perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.    
c.           Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkambangan mental  kyang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagi kelompok.
Perkembangan tidak terjadi dalam kontak yang terpisah-pisah namun untuk menyederhanakan dan memudahkan pembahasan, perkembangan sering dibagi ke dalam beberapa aspek. Sebagai contoh, Dodge dkk. (2002) membagi area perkembangan ke dalam empat aspek,yaitu aspek sosial-emosional, aspek fisik, aspek kognitif, dan aspek bahasa. Dalam pendidikan TK di Indonesia, ada enam aspek yang menjadi fokus program pengembangan,  yaitu aspek pengembangan fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, seni, serta moral dan nilai-nilai agama (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002). Secara umum, para ahli perkembangan sering membagi aspek-aspek tersebut ke dalam tiga area besar, yaitu aspek fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia dkk., 2004). Pembagian ke dalam jumlah aspek yang lebih sedikit ini bukan berarti meniadakan beberapa aspek yang sebelumnya sudah ada. Dalam pembagian ke dalam tiga aspek besar ini, beberapa aspek yang dianggap memiliki akar yang sama digabungkan menjadi satu aspek, misalnya aspek bahasa, moral, dan kognitif dibahas dalam satu bagian yang disebut aspek kognitif. Kemudian pembahasan aspek-aspek perkembengan akan dibagi ke dalam lima kelompok besar, yaitu aspek fisik-motorik, kognitif, sosial-emosional, bahasa, serta moral dan agama.
Sekalipun dibahas secara terpisah-pisah, aspek-aspek tersebut sebenarnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Semua aspek tersebut sama-sama bernilai dan penting (Papalia dkk., 2004). Sebagai contoh, anak yang terampil bermain piano (aspek fisik-motorik), mungkin akan merasa bangga dan popular diantara teman-temannya (aspek sosial-emosional). Kreativitasnya pun mungkin terasah melalui melodi-melodi sederhana yang diciptakannya sendiri (aspek kognitif).
Beberapa ahli perkembangan tertarik pada dua jenis perubahan yang berlangsung dalam perkembangan, yaitu perubahan kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitatif adalah perubahan dalam jumlah, seperti pertumbuhan dalam tinggi, berat, pertambahan kosa kata dan seringnya komunikasi. Sedangkan perubahan kualitatif adalah perubahan dalam jenis, struktur, atau organisasi. Perubahan kualitatif ini ditandai oleh munculnya fenomena baru yang tidak dapat dengan mudah diantisipasi berdasarkan fungsinya yang lebih awal, misalnya perubahan dari embrio menjadi bayi atau dari anak yang belum bias berkomunikasi secara verbal menjadi anak yang memahami kata-kata dan dapat berkomunikasi secara verbal.
B.     Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Psiko-fisik
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal tersebut berkaitan erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkeculai para siswa sebagai peserta didik. Dikarenakan apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seseorang dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan ini belum tentu terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya.

        Selain adanya proses yang bersifat universal dalam perkembangan, setiap orang juga memiliki perbedaan individual. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan hasil perkembangan. Sebagai contoh, manusia bisa berbeda dalam jenis kelamin, tinggi dan berat badan; dalam faktor konstitusional seperti kesehatan dan tingkat keaktifan; dalam inteligensi; serta dalam karakteristik kepribadian dan reaksi emosional. Konteks dari kehidupan dan gaya hidup juga berbeda. Demikian pula dengan rumah, masyarakat tempat kita tinggal, hubungan yang kita miliki, jenis sekolah yang dimasuki, serta cara seseorang menggunakan waktu luang (Papalia dkk., 2004)
Mengapa satu orang dapat berbeda dari orang yang lain? Jawabannya adalah karena perkembangan bersifat kompleks dan factor-faktor yang mempengaruhi tidak dapat selalu diukur secara tepat atau bahkan ditemukan. Ilmuan sekalipun tidak dapat menjawab pertanyaan itu sepenuhnya. Bagaimanapun, para ilmuan tersebut belajar banyak tentang apa yang orang butuhkan untuk berkembang secara normal, bagaimana mereka bereaksi terhadap berbagai pengaruh yang ada di luar dan di dalam dirinya, serta bagaimana mereka dapat mencapai potensi mereka sebaik-baiknya.
C.    Hukum dan tugas – tugas perkembangan
1.    Hukum Perkembangan
Pengertian “hukum”, dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang biasa dikenal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Adapun yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Adapun macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut:

a.       Hukum kodrat Ilahi
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bisa berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Alah.

b.      Hukum mempertahankan diri
Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk bisa hidup, secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan diri, intinya untuk memperoleh keselamatan. Sedang keselamatan, seperti halnya kehidupan, adalah modal pokok bagi pelaksanaannya proses perkembangan. Sekali lagi usaha mempertahankan diri merupakan sifat naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia selamat dan hidupnya berkelanjutan.

c.       Hukum pengembangan diri
Ketika seorang anak berhasil mempertahankan diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan segala potensi yang dibawa sejak lahir.
d.       Hukum masa peka
Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana sesuatu “fungsi”  demikian baik perkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya.


e.        Hukum tempo perkembangan
Berlangsungnya perkembangan pada anak yang satu, belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada pula yang berlangsung amat lambat.
f.        Hukum irama perkembangan
Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu “ajeg” , konsisten dan merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi atau turun.
g.      Hukum sifat perkembangan
Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut:
1)    Stabil
2)    Sensitive
3)    Aktif
4)    Teratur
5)    kontinyu

h.      Hukum kesatuan organis
Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia terdapat dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani dan rohani.

2. Tugas Perkembangan
  Secara sederhana, tugas perkembangan adalah sesuatu yang diharapkan dapat dicapai seseorang dalam tehap-tahap perjalanan hidupnya. Adapun pendapat R.J.Havighurst, tugas-tugas perkembangan itu jika diperinci sepanjang hidup seseorang, maka akan diperoleh rumusan sebagai berikut:
a.   Tugas perkembangan pada masa bayi dan kanak-kanak :
1.    Balajar berjalan
2.    Balajar makan-makanan padat
3.    Balajar mengendalikan buang air kecil dan besar
4.    Balajar membeda-bedakan jenis kelamin dan menghargainya.
b.   Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir
1.   Belajar tentang keterampilan psikis yang diperlukan dalam permainan yang ringan-ringan atau mudah.
2.   Membentuk sikap-sikap sehat terhadap dirinya, demi kepentingan organismenya yang sedang tumbuh.
3.   Belajar bergaul dan bermain bersama dengan teman-teman seusia.
4.   Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya, sebagai pria atau wanita.
c.       Tugas perkembangan dalam masa remaja
1.   Menerima keadaan psikisnya, dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.
2.   Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya, baik sesame jenis maupun lain jenis kelamin.
3.    Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya, juga dari orang-orang dewasa lainnya.
4.   Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis, sekurangnya untuk dirinya sendiri.

d.  Tugas perkembangan pada masa dewasa awal
1.      Memilih teman bergaul, baik sebagai calon suami maupun sebagai calon isteri.
2.      Belajar hidup bersama dengan suami dan isteri.
3.      Mulai hidup dalam sebuah keluarga yang dibinanya.
4.      Belajar mengasuh anak-anak.

e.   Tugas perkembangan pada masa setengah baya
1.      Memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berwarganegara dan hidup bermasyarakat.
2.      Menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi keluarganya.
3.      Membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
4.      Mengembangakan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang, sesuai dengan keahlian dan keinginannya.

f.       Tugas perkembangan pada masa tua
1.      Menyesuaikan diri dengan keadaan semakin berkurangnya kekuatan psikis dalam kesehatan.
2.      Menyesuaikan diri dalam masa pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang.
3.      Menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami isteri.
4.      Menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman atau kelompok seusia.











BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati. Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah. Dengan kata lain penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
Mengenai perkembangan psiko-fisik pada bagian ini lebih difokuskan pada proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut adalah perkembangan motor fisik siswa yang empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak, yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya. Keempat faktor itu sebagai berikut: Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf, Pertumbuhan otot-otot, Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin, dan perubahan struktur jasmani.















DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. 1995
Sarwono, S.W. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000.
Syamsu, Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2004
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010




[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 40