KATA
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji
bagi Allah SWT dzat yang telah menciptakan manusia dengan sempurna, sehingga
dengan segenap akal dan pikiran sebagai anugrah dari-Nya. Penulis mampu
menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk makalah yang berjudul “Asas- asas
Pelaksanaan Metodologi Pendidikan Agama Islam” ini, walaupun masih dengan
berbagai kesalahan dari beberapa sudut, dan serta merupakan salah satu untuk
memenuhi tugas perkuliahan. Panjatan do’a, shalawat dan salam sejahtera kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikut
yang setia beliau yang telah mewariskan syari’at Islam kepada makhluk ciptaan
Allah.
Tiadalah
penulis dapat membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tangan sendiri tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghaturkan banyak
terimakasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang tidak terhingga.
Dengan iringan
do’a semoga Allah senantiasa memberikan Rahmat-Nya dan memberikan balasan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Akhirnya,
keterbatasan waktu dan kemampuan penulis yang jauh dari sempurna, maka untuk
itu kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan dan semoga makalah ini
bermanfaat. Amin …
Jombang, 21 Februari 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fazlur Rahman mengemukakan bahwa
salah satu problem pendidikan umat Islam
adalah problem metode pendidikan. Pendidikan umat Islam senantiasa menggunakan
metode hafalan, yang tidak dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif.[1]Seringkali
dijumpai seorang guru yang berpengetahuan luas tetapi tidak berhasil dalam
mengajar, hanya karena tidak menguasai metode mengajar. Itulah sebabnya, metode
mengajar menjadi salah satu obyek bahasan yang penting dalam pendidikan.[2]
Keberadaan metodologi pembelajaran merupakan salah satu solusi yang dapat
dijadikan guru dalam memecahkan persoalan tersebut, karena merupakan hasil
pengkajian dan pengujian melalui metode ilmiah.
Metodologi berarti ilmu tentang
metode, sementara metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam ilmu
tentang mengajar, metodologi disebut didaktik yaitu ilmu yang membahas tentang
kegiatan proses belajar mengajar yang menimbulkan proses belajar. Didaktik
dibedakan menjadi dua, yaitu dikdaktik umum dan didaktik khusus. Didaktik umum
membahas prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar, sedangkan didaktik
khusus yaitu membahas cara-cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada pelajar.
Saat ini asas-asas
yang sering dikemukakan adalah seperti motivasi, aktivitas, peragaan,
individualitas, apersepsi, lingkungan, korelasi, dan konsenterasi, atau
integrasis. Asas asas itu tidak berdiri sendiri,melainkan bertalian erat satu
sama lain. Misalnya motivasi (minat) timbul bila anak-anak aktif, atau bila
kita gunakan alat-alat peraga, atau kita bawa berkaryawisata ke luar sekolah
(lingkungan). Karena itu biasanya asas-asas itu timbul serempak. Akan tetapi
seseorang pasti tidak akan menjadi guru yang baik kalau ia mengabaikan
asas-asas didaktik. Itulah sebabnya taktik perlu dipelajari oleh setiap
pengajar.
Karena
tugas guru yang berat itu, maka mereka yang berprofesi sebagi guru harus
dimiliki dan menguasai asas-asas
mengajar dan selalu aktif-kreatif menerapkannya dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan begitu tidak ada kesan mengajar asal-asalan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan Asas- asas pendidikan Islam?
2. Bagaimana implementasi metodologi
pembelajaran PAI pada kegiatan pembelajaran di kelas?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah penulis dapat menyimpulkan tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.
Asas- asas
pendidikan Islam
2. Implementasi metodologi pembelajaran PAI pada kegiatan
pembelajaran di kelas
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Asas- asas Metode Pendidikan Agama Islam
Asas
(prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat
dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil
penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu
pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran
dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang
absolut atau mutlak. artinya penerapan asas harus memperbangkan keadaan-keadaan
khusus dan keadaan yang berubah-ubah.[3] Dapat disimpulkan bahwa Asas Metode Pendidikan Islam adalah suatu pernyataan yang dijadikan pedoman
didalam mendidik yang telah direncanakan
untuk menjadikan manusia yang dewasa dan berkepribadian muslim, dengan
mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus yang kemungkinan terjadi pada anak
didik.
1. Asas
Motivasi
Pendidikan harus berusaha
membangkitkan minat peserta didik sehingga seluruh perhatia mereka tertuju dan terpusat
pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Asas motivasi dapat diupayakan
melalui pengajaran dengan cara yang menarik sesuai dengan tingkat pekembangan
peserta didik, mengadakan selingan sehat, menggunakan alat-alat perasa yang
sesuai dengan sifat materi, menghindari pengaruh yang menganggu konsentrasi
didik, mengadakan kompetisi sehat dengan memberika hadiah hukuman yang
bijaksana.
Menurut
seorang ahli ilmu jiwa dalam motivasi ada suatu hierarki, yaitu motivasi itu
mempunyai tingaktan-tingakatan dari bawah sampai ke atas yakni :
a.
Kebutuhan fisiologis, seperti lapar,
haus, kebutuhan akan istirahat, dan sebgainya.
b. Kebutuhan keamanan (Security), yakni rasa terlindung, bebas
dari takut dan kecemasan.
c.
Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa
diterima dan dihargai dalam suatu kelompok (keluarga, sekolah, teman sebaya)
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri
sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang
pengetahuan, social, pembentukan pribadi.[4]
2. Asas
aktivitas
Dalam
proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan
untuk mengambil bagian yang aktif, baik rohani maupun jasmani, terhadap
pengajaran yang akan diberikan, secara individual maupun kolektif. Asas ini
menghindari adanya verbalistis bagi peserta didik. Asas aktivitas dapat
diupayakan dengan aktivitas jasmani berupa penelitian, eksperimen pembuatan
konstruksi model, cocok tanam, atau juga denagn aktivitas rohani berupa
ketekunan dalam mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, berpikir untuik
memecahkan problem dan tergugah perasaannya, dan berkemauan keras untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
3. Asas
Apersepsi
Apersepsi
berasal dari kata Apperception
(Inggris), yang artinya menafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan
mengasimilasi suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki dan deng
Apersepsi adalah gejala jiwa yang dialami jika kesan baru masuk ke dalam
kesadaran seseorang yang berjalin dengan kesan-kesan lam yang sudah dimiliki
disertai proses pengelolaan, sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Asas
apersepsi bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan
apa yang telah dikenal oleh peserta didik.an demikian memahami dan menafsirkannya.
4. Asas
peragaan
Dalam asas
ini, pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan
bahan-bahan yang diajarkan secara nyata. Baik dalam bentuk aslinya maupun
tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan
pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan. Asas ini
diupayakan melalui penggunaan berbagai macam alat peraga secara wajar, yaitu
dengan memeragakan pelajaran dengan percobaan, membuat herbarium, ruang eksposisi,
bulletin board, poster, serta
menyelenggarakan karyawisata dan mengadakan sandiwara, sosiodrama, pantonim,
tablo, dan drama. Nabi Muhammad SAW sering memeragakan sewaktu mengajarkan
materi pada umat-umatnya, seperti yang dikenal dengan “sunnah fi’liyah”. Dan, dalam pepatah Arab diaktakan : “Tindakan
itu lebih baik dari ucapan”. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya
“Shalatlah
kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari)
5. Asas
Ulangan
Asas yang
merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar
peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah
mengikuti pengajaran sebelumnya. Hal ini karena penguasaan pengetahuan mudah
terlupakan oleh peserta didik apabila dialami hanya sekali atau diingat
setengah-setengah. Oleh karena itu, pengetahuan yang sering berulang-ulang
menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan
dengan baik. Asas ulangan dapat melalui okasional, sistematis, yaitu diberikan
secara teratu, kontinu, dan terencana.
6. Asas
Korelasi
Asas
belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup berbagai dimensi yang kompleks
yang saling berhubungan. Pendidikan hendaknya memandang peserta didik sebagai
salah sejumlah daya-daya yang dinamis yang senantiasa berinteraksi dengan dunia
sekitar untuk mencapai tujuan. Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran,
pendidikan harus menhubungkan suatu
bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat. Asas
korelasi akan menimbulkan asosiasi dan apersepsi dalam kesadaran dan sekaligus
membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
7. Asas
konsentrasi
Asas
memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran
untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memerhatikan peserta didik dalam
segala aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang
menarik seperti masalah yang baru muncul. Ali bin Abi Thalib berkata : “Aqbil ‘ala sya’nik” (hadapkan
konsentrasimu pada urusanmu). Asas seperti ini diterapkan karena manusia
memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, maka pemecahannya adalah memfokuskan
masalah pada satu bagian, dan setelah bagian ini diselesaikan maka dapat
beralih pada bagian yang lain.
8. Asas
Individualisasi
Asas yang
memerhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang
meliputi seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak,
inteligensi, bakat, serta lingkungan yang mempengaruhinya. Aplikasi asas ini
adalah pendidik dapat mempelajari pribadi setiap peserta didik, terutama
tentang kepandaian, kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya.
Agar pengajaran yang diberikan sesuai dengan perbedaan individu, beberapa diantara usaha
adalah sebagai berikut :
a.
Individualized assignments
b. Pengajaran unit atau proyek
c.
Homogeneous grouping
d. Remedial work
e.
Teknik bertanya
9. Asas
Sosialisasi
Asas yang
memerhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja
sama antara peserta didk dengan pendidik atau sesama peserta didik dan
masyarakat sekitarnya dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan
berhasil. Pendidik dapat memfungsikan sumber-sumber fasilitas dari masyarakat
untuk kepentingan pelajarannya dengan membawa peserta didik untuk karyawisata,
survey, pengabdian masyarakat, perkemahan.
10. Asas
Evaluasi
Asas ini
memerhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimilki peserta didik
sebagai Feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar.
Asas evaluasi tidak hanya diperuntukkan bagi peserta didik, tetapi juga bagi
pendidik, yaitu sejauh mana keberhasilannya dalam menunaikan tugasnya.
11. Asas
Kebebasan
Asas yang
memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan
dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif. Asas ini
mengandung tiga aspek, yaitu Self-directedness,
self-discipline, self-control. Asas ini menyarankan membuat
keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran
kebijakan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan
adanya pengarahan sehingga sistem kontrol diri berkembang
12. Asas
Lingkungan
Asas yang
menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi
dengan lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berakal pembawaan,
pembawaan itu masih bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi
lingkungan, sehingga pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang tidak bersatu,
tetapi saling membutuhkan mengingat pembawaan merupakan batas-batas kemungkinan
yang dapat dicapai dari lingkungan.
Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk melaksanakan prinsip lingkungan dalam pengajaran
adalah :
a.
Memberikan pengetahuan tentang
lingkungan anak dan dari sinilah pengetahuan agama anak diluaskan.
b. Mengusahakan agar alat yang
digunakan berasal dari lingkungan yang dikumpulkan baik oleh guru maupun oleh
murid-murid.
c.
Mengadakan karyawisata ke
tempat-tempat yang dapat mendukung untuk memperluas pengetahuan agama dan
keimanan anak
d. Memberikan kesempatan kepada anak
untuk elaksanakan penyelidika sesuai dengan kemampuannya melalui bacaan-bacaan
dan observasi.[6]
13. Asas
Globalisasi
Asas
sebagai akibat pengaruh psikologis totalitas, yaitu peserta didik bereaksi
terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi
secara fisik, social, dan sebaginya.
14. Asas
Pusat-Pusat Minat
Asas yang
memerhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga
bagi seseorang. Sesuatu berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan
asas pusat-pusat minat dalam Islam denan ruang lingkupnya terdiri atas bahan
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia
terhadap alam semesta.
Setiap
anak didik mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Anak di kota berbeda
minat dan kebutuhannya dengan anak di desa, di daerah pantai bebrbeda dengan
pegunungan, anak yang bersekolah sampai perguruan tinggi berbeda dengan anak
yang akan bekerja setelah tamat SLTA. Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat
mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan
kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab tumbuhnya perhatian. Sesuatu
yang menarik minat dan dibutuhkan anak, anak menarik perhatiannya, dengan
demikian mereka akan sungguh-sungguh dalam belajar.[7]
15. Asas
Keteladanan
Pada
fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan
terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya pada
pendidik yang utama (orang tua). Asas keteladanan efektif digunakan pada
fase-fase ini, misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil adik yang telah
dibunuhnya. Meniru contoh yang diberikan burung gagak dalam menguburkan gagak
lain, dimana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT.
16. Asas
Pembiasaan
Asas yang
memerhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik. Pembiassn merupakan
upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan
sendiri dilakukan mengingat Manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.[8]
B.
Implementasi metodologi
pembelajaran PAI pada kegiatan pembelajaran di kelas
Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai
harapan, perlu dibuat sebuah system pendidikan Islam secara terpadu. Artinya,
pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. System pendidikan
yang ada haruslah memadukan seluruh unsure pembentuk system pendidikan yang unggul. Dalam
menyikapi hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi perhatian. Pertama,
sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral
harus melipatkan tiga unsure diatas. Sebab, ketiga unsure di atas menggambarkan
kondisi factual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsure tersebut belum
berjalan secara sinergis, disampinng masing- masing unsure tersebut juga belum
berfungsi secara benar.
Buruknya pendidikan anak di rumah
memberi beban berat kepada sekolah/kampus dan menambah keruwetan persoalan di
tengah-tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas,
narkoba, dan sebagainya. Pada saat yang sama, situasi masyarakat yang buruk
jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah
keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimum. Apalagi jika pendidikan
yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari
tiga pilar pendidikan tersebut.
Kedua,
kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga
Perguruan Tinggi. Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan
bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya. Selain
muatan penunjang proses pembentukan kepribadian Islam yang secara terus-menerus
diberikan mulai dari tingkat TK hingga PT, muatan tsaqâfah Islam dan Ilmu
Kehidupan (IPTEK, keahlian, dan keterampilan) diberikan secara bertingkat
sesuai dengan daya serap dan tingkat kemampuan anak didik berdasarkan jenjang
pendidikannya masingmasing. Pada tingkat dasar atau menjelang usia balig (TK
dan SD), penyusunan struktur kurikulum sedapat mungkin bersifatmendasar, umum,
terpadu, dan merata bagi semua anak didik yang mengikutinya. Berbicara tentang
asas- asas pendidikan Islam, maka yang menjadi unsure terpenting di dalamnya
adalah mengenai tabiat manusia yang tersurat di dalam ayat- ayat yang
mengelupas langsung dengan menyebut- nyebut “Adam”, “Bani Adam”, “Al- Basyar”,
“An-Nas”, “Al- Insan” dan berbagai penciptaannya yang beraneka, maupun berbagai
tempat lainnya di dalam Al- Qur’an.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asas
(prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat
dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil
penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu
pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran
dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang
absolut atau mutlak. artinya penerapan asas harus memperbangkan keadaan-keadaan
khusus dan keadaan yang berubah-ubah. Dapat disimpulkan bahwa Asas Metode Pendidikan Islam
adalah suatu pernyataan yang dijadikan
pedoman didalam mendidik yang telah
direncanakan untuk menjadikan manusia yang dewasa dan berkepribadian muslim,
dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus yang kemungkinan terjadi pada
anak didik.
Agar keluaran
pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, perlu dibuat sebuah system
pendidikan Islam secara terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi
pada satu aspek saja. System pendidikan yang ada haruslah memadukan seluruh
unsur pembentuk system pendidikan yang
unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Nazarudin Rahman,
2009, Manajemen Pembelajaran ;
Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Umum, Cet I, Yogyakarta, Pustaka Felicha.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2008, Rineka Cipta,
Jakarta.
S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, 2012. Bumi Aksara, Jakarta
Sutrisno,
Problem-Problem Pendidikan Umat Islam;
Studi atas Pemikiran Fazlur Rahman,
dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 3 no 2 Januari 2002,
Yogyakarta, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.
Tim
DirJen Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, 2001, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depatemen Agama RI.
Zakiah
Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, 2004. Bumi Aksara, Jakarta.
[1] Sutrisno, Problem-Problem Pendidikan Umat Islam; Studi
atas Pemikiran Fazlur Rahman, dalam
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol. 3 no 2 Januari 2002, Yogyakarta, Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, hal. 31-21.
[2] Tim Dirjen
Pembinaan PAI pada Sekolah Umum, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Depatemen Agama RI, 2001, hal. 20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar